Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur (https://inspirasijatim.com)
Pulau Bawean berada di utara pulau Jawa, termasuk Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Penduduk bawean berasal dari pembauran beberapa etnis di nusantara terutama suku bangsa Madura, Jawa, Bugis, Mandar, Banjar dan Palembang yang mendiami pulau bawean sejak ratusan tahun lalu dikarenakan Pulau Bawean pada awalnya merupakan tempat persinggahan pelayaran nusantara, dari pembauran suku-suku tersebut selama ratusan tahun terbentuk suku baru yang terpisah dari akar sukunya.
Badan Pusat Statistika (BPS) menggolongkan penduduk Bawean kedalam suku tersendiri yang disebut Suku Bawean. Pengaruh budaya melayu mewarnai kehidupan sehari-harinya dikarenakan banyaknya penduduk Bawean yang merantau ke selat Malaka terutama sejak awal abad 19 dimana anak turunannya menggunakan bahasa melayu.
Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur (https://backpackerjakarta.com)
Sekilas tentang bahasa bawean
Bahasa bawean ditengarai sebagai kreolisasi dari bahasa madura karena kata-kata dasarnya banyak berasal dari bahasa tersebut, namun karena telah terjadi akulturasi budaya beberapa etnis di Pulau Bawean sejak ratusan tahun yang lalu di pulau bawean menyebabkan terbentuk bahasa pecahan, pada tiap dusun di pulau bawean terdapat beberapa ciri khas pada masing-masing bahasanya.
Walaupun kata-kata dasarnya banyak sama dengan bahasa madura (khususnya kangean dan sumenep), namun terjadi perbedaan jika dirangkai dalam bentuk kalimat yang dituturkan oleh penuturnya, perbedaannnya karena dipengaruhi oleh unsur suffix atau tambahan kata penghubung depan, maupun kata penghubung akhir, tentunya dengan logat daerah masing-masing yang khas.
Bahasa Bawean (https://www.bawean.net)
Pada penutur bahasa Bawean terdapat berbagai macam dialek pada masing-masing dusun/kampung, namun begitu secara garis besar dapat dipetakan sebagai berikut:
Penutur dengan kosakata
Eson/bhule = saya (terdapat pada desa Tambhek dan sekitarnya, serta Sangkapura dan sekitarnya).
Ehon = saya (dituturkan di desa Komalasa/podekek/Suwari, dan sekitarnya)
Nira = saya
Kae= kamu ( dituturkan di desa Paromaan, Langaor, Candi, Pagherangan, Sumber Waru dan sekitarnya )
Catatan : terdapat perbedaan pengucapan pada bahasa bawean di masing-masing kampung, tapi maknanya dapat saling dimengerti
Bahasa Bawean Standar
Anggota Keluarga
Saya = eson, ehon, athiak/athi’i, endhek, abhek
Kamu = bekna, penno, de’e
Ayah = buppak, eppak
Ibu = emak
Kakak = kakak, abang (untuk laki-lak )
Paman= paman
Bibik = bhibbik
Nenek = embuk
Saudara orang tua = obek, cik,
Saudara kakek dan nenek = toa, wawa, owa
Kakek = kakek
Nenek = nenek
Cucu = poto
Anak laki-laki = potra
Anak perempuan = potre
Ipar = epar
Menantu = manto
Bahasa Bawean Halus
Anggota Keluarga
Saya = bule, kaule
Kamu = ghinto, sampeyan, panjenengan
Ayah = rama, mama, abah
Ibu = emak,raina
Kakak = kakak, abang (untuk laki-laki), keraka (laki-laki), keraji (perempuan)
Paman= mamang, eccik, cik
Bibik = bhibbik, cik
Nenek = embuk
Kakak saudara orang tua = obek
Saudara kakek dan nenek = toa
Kakek = kakek, pak toa, atuk, mama (sama seperti sebutan kepada ayah)
Nenek = embuk, emak (sama seperti sebutan kepada ibu)
Cucu = poto, cucu
Anak laki-laki = potra
Anak perempuan = potre
Anggota Badan
Rambut = Obuk
Kepala = Olo
Dahi = dai
Alis = ales
Hidung = elong
Bibir = bibir
Kuping = kopeng
Leher = le er
Dada = dada
Lengan = lengen
Tangan = tanang
Jari = jharijik
Kuku = koko
Perut = tabuk
Lutut = to ot
Betis = betes
Kaki = soko
Angka
Satu = settong
Dua = daduwek
Tiga = tatellok
Empat = empak-empak
Lima= lelemak
Enam = enem-enem
Tujuh = pepettok
Delapan= bebelluk
Sembilan = sasangak
Sepuluh = sapoloh
Sebelas = sabelas
Dua belas = dubelas
Tiga belas = tellobelas
Empat belas= empakbelas
Lima belas = lemabelas
Enam belas = enembelas
Tujuh belas = pettobelas
Delapan belas = bellubelas, bellungbelas
Sembilan belas = sangabelas, sangangbelas
Duapuluh= duppoloh
Warna
Merah = merah
Biru = bhiru, bhiru langngek
Kuning = koneng
Putih = poteh
Hijau = Pijau, eju, bhiru daun
Ungu = bungu
Hitam = celleng
Tingkatan Bahasa Bawean
Kasar -> Menengah-> Halus
se ngocak -> se notor -> se abhesa (pengucap/penutur/pelaku/Isim Fa’il/Subjek)
Eson/ehon -> bhule -> kabhule (Aku/saya)
penno/bhekna -> sampean -> ghinto (Engkau/anda)
kadhirik/abhekna (dirimu)
kadhirikna (dirinya)
Abhek (diri/pribadi)
Abhek Bhule( diriku)
Penno kabbhi -> sampean sadhejhe -> ghinto sadhejhe (Kamu semua/kamu sekalian)
Eson/Keta -> Keta oreng (kami/kita)
jhereak = (dia)
jhereak kabbhi -> jhereak oreng -> jhereak sadhejhe = (mereka)
Contoh :
Ayah mempunyai rambut yang berwarna putih
(Rama andik obuk se berna pote)
Ibu mau ke pasar membeli telur sebanyak lima butir untuk di berikan kepada tetangga yang mau pergi ke jakarta besok pagi
(Emak ka pasara mellea telor lelemak e bekenna ka tatangga se alajera ka Jakarta ghulagghu ghik lagghu)
Saya bermimpi di ajak paman untuk naik pesawat terbang ke Belanda untuk melihat kincir angin yang berada di padang rumput yang hijau
(Ehon amempe e ajhek mamang naik kapal terbang ka Belanda ngabesa kincir angin se bede e padang rebbhah se eju)
A : “Mau kemana ? ” (Kanapea ?)
B : “Mau kepasar beli mangga” (Ka pasara mellea pellem)
C : ”Untuk Apa ?” (E pakanapea ?)
D : “Mau diberikan ke saudara di Batam” (E bekenna ka toghellen e Batam)
Sumber: baweanbahasa